Kementerian Perindustrian (Kemenperin) santer menggerakkan aktor industri kecil serta menengah (IKM) di negeri supaya selekasnya manfaatkan tehnologi digital hingga dapat berkapasitas saing global. Langkah strategis ini sama dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Saat ini, dunia sudah masuk masa digital economy, dimana mode usaha yang banyak digerakkan ialah berbasiskan tehnologi info serta komunikasi,” tutur Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Baca juga : Biaya Kuliah POLNEP - Pendaftaran POLNEP
Selanjutnya Dia yakini, pemakaian tehnologi masa revolusi industri 4.0 akan dapat mengangkat produktivitas industri manufaktur dengan efektif, termasuk juga bidang IKM. Bahkan juga, beberapa produk yang dibuat akan lebih bersaing serta inovatif. “Oleh karenanya, yang akan datang, investasi usaha akan condong ke arah pada kegiatan usaha dengan basis yang kita kenal dengan arti industri 4.0,” katanya.
Ditambah lagi, Indonesia memiliki kekuatan bersamaan dengan makin mengembangnya pemakaian internet serta membaiknya infrastruktur telekomunikasi. Berdasar pada data Asosiasi Penyelenggara Layanan Internet Indonesia (APJII) mengatakan, selama tahun 2017, pemakai internet di Indonesia sampai 143,26 juta jiwa atau sama dengan 54,68% dari jumlahnya masyarakat yang sampai 262 juta orang.
“Penetrasi pemakaian internet itu diinginkan pula digunakan untuk usaha-usaha produktif yang menggerakkan efisiensi serta pelebaran akses pasar seperti jual beli online,” tutur Airlangga.
Lalu, di dukung juga dengan pemakai aktif smartphone di Indonesia yang selalu tumbuh dari 38,3 juta orang di tahun 2014 jadi 103 juta orang pada 2018. Semenjak tahun 2017, Kemenperin sudah berusaha lakukan edukasi serta pembinaan pada IKM di negeri untuk dapat masuk dalam e-commerce lewat program e-Smart IKM.
Perihal ini adalah langlah konkret pemerintah dalam memudahkan serta memperluas akses pasar buat IKM nasional sekaligus juga jadi besar persentase produk Indonesia “unjuk gigi” di e-commerce. Kemenperin mencatat, sampai akhir tahun 2018, Workshop e-Smart IKM sudah dibarengi sekitar 5.945 aktor usaha dengan keseluruhan omzet sebesar Rp2,37 miliar.
Baca juga : Biaya Kuliah UPNYK - Pendaftaran UPNYK
Berdasar pada sektornya, industri minuman dan makanan menguasai sampai 31,87% dari keseluruhan transaksi di e-Smart IKM, lalu disusul bidang industri logam sebesar 29,10%, serta industri fesyen sebesar 25,87%. “Hingga tahun 2019, direncanakan dapat sampai keseluruhan 10.000 peserta untuk turut dalam program ini,” papar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, serta Bermacam (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih.
Sampai sekarang ini, program e-Smart IKM yang dikerjakan sampai di 34 propinsi, sudah menyertakan beberapa pihak, seperti BI, BNI, Google, iDeA dan Kementerian Komunikasi serta Informatika. Diluar itu, menggandeng pemerintah propinsi, kota serta kabupaten.
No comments:
Post a Comment