Kementerian Pertanian (Kementan) mengambil keputusan roadmap ke arah lumbung pangan dunia 2045 yang mencakup tujuan swasembada sebelas komoditas strategis nasional. Bawang putih yang berada di dalamnya, ikut digenjot produksinya serta dengan setahap kurangi ketergantungan pada import.
Baca juga : Biaya Kuliah UNY - Pendaftaran UNY
Untuk menguber tujuan swasembada bawang putih di tahun 2021, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman telah menerbitkan Permentan No. 16 Tahun 2017 mengenai Referensi Import Produk Hortikultura (RIPH). Permentan ini berisi klausul importir bawang putih harus lakukan tanam di negeri sangat dikit 5% dari keseluruhan import yang diserahkan. Tempat tanam diprioritaskan di lokasi baru, perihal ini dikerjakan supaya produksi dalam negeri selalu bertambah.
“Kami masih tetap miliki pekerjaan rumah untuk mengakhiri tujuan swasembada bawang putih di tahun 2021 serta Kentang Industri tahun 2020, dan meningkatkan tanaman obat-obatan export. Untuk bawang putih di tahun ini direncanakan dapat tanam seputar 10,6 ribu ha yang semua akhirnya akan jadikan benih untuk musim tanam 2019 kelak seluas 40 ribu ha," demikian dikemukakan Suwandi di Jakarta, Senin (17/12/2018).
Selanjutnya, Dia memberikan bawang putih akan ditanam dengan besar-besaran pada 2020 sampai puncaknya 2021 kelak akan ditutup keran import dengan berarti. Sambung Suwandi, menjelaskan salah satunya sentral bawang putih yaitu Kabupaten Banyuwangi bisa jadi contoh jika peraturan yang diaplikasikan oleh Kementan dapat membuat sentra-sentra baru penghasil bawang putih serta menggerakkan produksi nasional.
Seputar maret 2018, beberapa ratus ha lokasi di lereng Gunung Ijen dapat panen bawang putih yang awal mulanya cuma hamparan yang tidak produktif. Tidak hanya Banyuwangi, sambungnya, Kementan juga lakukan pemetaan serta mempersiapkan beberapa daerah yang pas untuk peningkatan bawang putih di Indonesia. Di Pulau Sumatera mencakup Kabupaten Aceh Tengah, Benermeriah, Aceh Tenggara, Karo, Tapanuli Utara, Kerinci, Solok, Tanah Datar, Muara Enim, OKU Selatan, Pagaralam serta Lampung Barat.
Di Pulau Jawa mencakup Kabupaten Bandung, Garut, Tegal, Majalengka, Magelang, Temanggug, Wonogiri, Banjarnegara, Magetan, Karanganyar, Mojokerto, Malang serta Batu. Untuk Pulau Sulawesi mencakup Minahasa Selatan, Bolmong, Sigi, Parimo, Poso, Banggai, Gowa, Sinjai, Enrekang serta Tator. Untuk Nusa Tenggara mencakup Tabanan, Bangli, Buleleng, Karangasem, Lombok Timur, Bima, Belu, TTS, TTU, Kupang serta Ende.
Sedang untuk lokasi Maluku serta Papua mencakup Pulau Buru, Maluku Tengah, Rajaampat, Manokwari, Lanijay, Jayawijaya serta Paniai. "Wilayah-wilayah tertera di atas direncanakan jadi sentra-sentra baru penghasil bawang putih dengan pertimbangan agroklimat yang memberi dukungan pertanaman komoditas itu. Diluar itu, upaya-upaya percepat swasembada bawang putih tidak cuma dikerjakan di hulu tapi ikut di hilir," jelasnya.
Pantas didapati tegas Suwandi, pemerintah ikut sudah menghadapi efek program swasembada pada harga jual ke customer. Penangkar serta aktor usaha bawang putih diinginkan bisa kurangi beban bianya produksi hingga harga jual masih tetap sama dengan daya beli kkonsumen. "Diluar itu, Kementan bersama dengan Satgas Pangan memperketat pengawasan pada penerapan peraturan serta distribusi dan pemasarannya supaya tidak berlangsung kecurangan," tegas ia.
Baca juga : Biaya Kuliah UBAYA - Pendaftaran UBAYA
Pada komoditas kentang, Suwandi menjelaskan Kementan sudah mempersiapkan dua pola sesuai dengan type kentangnya. Dua type kentang yang disebut yaitu kentang type granula dan kentang industri.
“Untuk kentang mengkonsumsi type granula kita telah swasembada tahun 2018 ini. Untuk kentang industri, type kentang atlatik, salah satunya produsen olahan makanan berbasiskan kentang paling besar di Indonesia sudah mengatakan siap swasembada tahun 2019. Sesaat supply ke industri yang lain akan tuntas di tahun 2020," ujarnya.
No comments:
Post a Comment