Pekerjaan berkaitan binatang buas seperti buaya, umumnya cuma dikerjakan golongan pria. Tetapi, di Instansi Pengetahuan Pengetahuan Indonesia (LIPI) ada periset wanita yang begitu berani jadikan buaya menjadi subyek penelitiannya.
Wanita kuat itu bernama Hellen Kurniati, yang masuk dengan LIPI semenjak 1988. Ia sekarang berstatus menjadi periset herpetologist Pusat Riset Biologi LIPI. "Saya mulai kerja di lab itu cuma sebab hanya satu orang yang ingin disana. Syaratnya harus juga berani pegang ular, kodok, kadal, sampai buaya," kata Hellen waktu diskusi Wanita Kuat dalam Iptek Bangsa di kantor LIPI Jakarta.
Baca juga : Jurusan di UNNES
Wanita kuat kelahiran Jakarta ini akui tidak sempat didampingi pawang buaya saat observasi di lapangan. Katanya, waktu terunggul untuk mempelajari buaya ialah malam hari. Prasyarat pentingnya ialah menggunakan perahu serta dayung, karena bila menggunakan perahu bermesin tidak akan ada buaya yang muncul ke permukaan.
Katanya, ada tiga type buaya yang tersebar di Indonesia, yaitu Crocodylus nova e guineae yang banyak didapati di Papua serta Papua Barat, Tomis toma schlegelii di Sumatera, serta buaya yang sangat banyak habitatnya di semua Indonesia ialah buaya muara dengan nama latin Cro codylus porosus. Dalam satu riset mengenai buaya, Hellen sempat menelusuri Sungai Mamberamo di Papua saat tiga minggu. Keseluruhan panjang sungai yang mesti diarungi sampai 320 km.. "Pulang-pulang saya (terkena) malaria," tuturnya.
Sesaat waktu observasi di sungai diakuinya tidak pernah digigit. Katanya, buaya itu sebetulnya penakut. Cuma dengar nada mesin perahu meraung saja ia tidak akan ingin memperlihatkan anggota tubuhnya ke permukaan. Tetapi diakuinya, dalam kurun waktu lima tahun paling akhir ini trend perseteruan buaya serta manusia bertambah.
"Di NTT ada 24 korban lebih manusia terserang buaya. Jika di Pulau Timor itu buayanya di laut sebab kurang makan. Ia menyerang orang yang mancing, tengah mencari udang, serta yang tengah panen rumput laut," tuturnya.
Baca juga : Jurusan di UNDIP
Sebetulnya tidak cuma Hellen yang jadi srikandi periset di LIPI. Ada Maria Margaretha Yulianti yang masuk dengan LIPI semenjak 1986 dan konsentrasi pada riset Spectroscopy serta peningkatan laser. Diluar itu, ada juga Mutia Dewi Yuniati yang jadi figur periset gampang di LIPI semenjak 2006. Mutia mencapai titel Doktor Mineral Processing, Recycling and Enviromental Remediation Laboratory dari Department of Earth Sumber Engineering di Kyushu University Jepang pada 2015.
Keseluruhan periset wanita di LIPI sampai sekarang ini sampai 779 periset atau 45,5% dari keseluruhan populasi periset di LIPI. Selain itu, ada 111 wanita atau 31% yang me megang jabatan struktural.
No comments:
Post a Comment