Desa Kelaci, Kabupaten Tabanan di Bali teratur mengadakan ritual tradisi perjuangan pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai. Sekitar 170 masyarakat terjebak dalam perayaan itu.
"Saja atas nama rakjat hanja menginginkan lenjapnja Belanda dari poelau Bali atau kami sanggoep serta berdjandji bertempoer teroes sampai tjita-tjita kita tertjapai?".
Kalimat itu adalah untaian beberapa kata dari surat jawaban I Gusti Ngurah Rai saat ia serta pasukannya disuruh menyerah oleh tentara Belanda. Cuplikan surat itu diabadikan berbentuk pahatan dalam Monumen Taman Idola Bangsa Margarana.
Taman makam pahlawan seluas seputar 25 hektare itu sekarang jadi saksi bisu cerita heroik gugurnya 1.372 anggota pasukan Ciung Wanara waktu menjaga kemerdekaan.
Baca Juga : Biaya Kuliah UNAIR
Semangat patriotisme itu sampai saat ini masih memberikan inspirasi masyarakat desa di seputar lokasi pertarungan itu dalam jaga keselarasan serta kerukunan.
Terutamanya, masyarakat Desa Kelaci, Kabupaten Tabanan, mereka serta teratur mengadakan ritual tradisi dalam serangkaian peringatan pertarungan 20 Nopember 1946 yang diketahui dengan perang Puputan Margarana itu.
Menurut Wayan Junaedy sebagai Sekretaris Desa Tradisi Kelaci, penerapan pekerjaan tradisi itu dikerjakan dengan 'Ngayah' atau bergotong-royong dengan suka-rela.
Upacara tradisi yang dirangkai dengan upacara nasional di Taman Idola Bangsa Margarana itu menurutnya untuk dapat memperlihatkan pada generasi muda supaya tetap mengingat serta menjaga riwayat.
Pekerjaan sebagai adat tiap tahun semenjak 15 tahun kemarin itu menyertakan seputar 170 orang masyarakat desa ditempat. Mereka bergabung, bergotong royong seperti dalam pekerjaan upacara tradisi di Pura waktu mengadakan perayaan Hari Puputan Margarana.
Baca Juga : Universitas Airlangga
Dengan mengadakan dua upacara, yaitu upacara tradisi serta upacara nasional itu mereka yakini terciptanya harmonisasi sesuai dengan ajaran agama Hindu. Disamping itu rasa persatuan serta kesatuan antara masyarakat mereka dapat terbangun lewat pekerjaan tradisi itu.
Upacara tradisi itu dengan diawali persiapan sesajen, persembahyangan bersama dengan untuk meminta kelancaran pekerjaan serta upacara penyucian buat arwah-arwah pahlawan yang gugur di medan perang menantang penjajah.
Sesudah lakukan upacara tradisi usai baru diteruskan upacara nasional berbentuk tabur bunga untuk kembali kenang jasa-jasa mereka yang gugur waktu berperang menantang penjajah sampai titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment