Sunday, February 9, 2020

Antara Mimpi dan Kenyataan

Presiden Joko Widodo memiliki mimpi masalah SMK. Ini bukanlah narasi masalah mobil Esemka. Ini narasi mengenai sekolah kejuruan. Presiden memiliki mimpi, supaya sekolah kejuruan ini jadi fasilitas untuk mendidik beberapa anak muda untuk memiliki ketrampilan, motivasi, serta disiplin, hingga siap masuk ke dunia kerja. Mereka akan jadi simpatisan pembangunan industri Indonesia.



Kemauan Presiden itu dituangkan ke beberapa kebijaksanaan. Diantaranya ialah Petunjuk Presiden Nomor 9 Tahun 2016 mengenai Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan. Presiden ingin beberapa instansi berkaitan seperti Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan, Kementerian Analisa Tehnologi serta Pendidikan Tinggi (di waktu itu), Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Perhubungan, pundak membahu wujudkan kemauan itu.

Presiden seringkali mengutarakan pentingnya perkembangan isi SMK. Dalam beberapa peluang dia merintih masalah SMK yang masih bergelut pada SMK bangunan, sesaat tuntutan saat ini ialah beberapa hal yang berkaitan dengan industri digital.

Baca Juga : Biaya Kuliah UNNES

Memberi respon kemauan Presiden itu, beberapa hal yang sudah dikerjakan oleh beberapa faksi. Jumlahnya SMK ditambah. Jurusan-jurusan yang disebutkan dalam kemauan Presiden barusan dibikin. Beberapa program untuk menggerakkan penambahan kualitas SMK ditargetkan. Bukan sekedar dari dalam negeri, suport di luar negeri dicari.

Seputar 4 tahun waktu lalu saya dikunjungi oleh tamu yang disebut konsultan dari Kementerian Pendidikan Jepang. Mereka sedang merangkum program suport untuk peningkatan SMK buat pemerintah Indonesia. Saya dikunjungi untuk diminta opini masalah apa yang diperlukan atau diharapkan oleh golongan industri pada SMK serta lulusannya. Saat itu kami berdiskusi lumayan panjang. Banyak input yang saya berikan.

Pemerintah memberikan stimulan pada perusahaan atau instansi lain yang berperan untuk meningkatkan SMK. Lewat Ketentuan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 128 Tahun 2019 sudah diputuskan imbalan berbentuk pengurangan pajak pendapatan buat instansi/perusahaan yang mengadakan pekerjaan untuk membina SMK. Besarnya sampai 200% dari nilai ongkos yang dikeluarkan untuk pembinaan barusan.

Apa dari hasil semua dorongan barusan?

Minggu lantas saya kembali kehadiran tamu, kesempatan ini konsultan untuk pemerintah Australia. Mereka menyodorkan data yang memvisualisasikan fakta yang tidak menyenangkan. Semenjak 2014 banyak SMK dibuat. Beberapa kebijaksanaan dirumuskan untuk tingkatkan kualitas SMK. Kenyataannya, tingkat pengangguran paling tinggi pada 2019 malah dihuni oleh lulusan SMK. Angkanya 10,42%.

Banyak SMK dibangun, dengan konsentrasi kompetensi seperti yang diharapkan Presiden barusan, yakni berkaitan dengan ekonomi digital. Sekolah-sekolah dibangun di semua Indonesia. Tetapi pada kenyataannya lapangan kerja yang ada di bagian itu cuma berada di Pulau Jawa. Berarti, sekolah-sekolah barusan dibangun, lantas berperan untuk cetak pengangguran.

Baca Juga : Universitas Negeri Semarang

Jadi pemakai kami diberi pertanyaan masalah formasi resapan lulusan SMK. Di industri yang kami atur, tingkat resapan pada lulusan SMK cuma seputar 10-40% dari jumlahnya pekerja lulusan SMA sederajat. Walau beroperasi di sektor industri manufaktur, kami malah makin banyak mengambil lulusan SMA daripada SMK.

Apa penyebabnya? Faksi konsultan barusan menyodorkan bukti jika sebetulnya isi kurikulum SMK hampir sama dengan kurikulum SMA. Selisihnya cuma 20%. Siswa SMK harus belajar pelajaran SMA umum seperti riwayat, kesenian, PKn, serta agama. Bagian pelajaran agamanya 50% makin banyak dibanding pelajaran fisika atau kimia. Formasi ciri khas sekolah kejuruan yang cuma 20% barusan benar-benar jauh dari cukup. Jika dibanding dengan formasi kurikulum sekolah semacam di Jerman, SMK kita jadi terlihat seperti humor.

Beberapa manager yang turut berdiskusi menerangkan jika pada prinsipnya perusahaan tidak mengharap banyak pada potensi tehnis calon karyawan satu tingkat lulusan SMA. Bukan tidak perlu, tetapi susah mengharap. Yang perlu mereka memiliki potensi nalar fundamen, ditambah disiplin serta motivasi yang baik, mereka dapat diterima. Masalah potensi tehnis, kami dapat melatih mereka sesudah diterima.

Kenyataannya, beberapa lulusan SMK kalah berkompetisi dengan lulusan SMA. Dari bagian potensi fundamen serta disiplin, rata-rata mereka lebih rendah dari lulusan SMA. Selain itu potensi tehnis mereka pun tidak mencolok. Jadi tidak ada fakta spesial buat pemakai untuk mengambil lulusan SMK.

Apa yang sebetulnya harus kita kerjakan pada SMK? Dalam beberapa peluang waktu diminta opini masalah ini, terhitung dalam suatu seminar yang diadakan di UPI Bandung, saya berikan jika hal menekan yang perlu dibenahi ialah masalah disiplin serta semangat kerja. Seperti saya papar di atas, buat perusahaan itu lebih penting dibanding potensi tehnis. Tragisnya, citra SMK malah jauh dari itu. Citra SMK malah ialah tidak disiplin, serta hampir sama dengan kenakalan serta kebrutalan.

Di samping perbaikan kurikulum, mengatur materi yang di ajarkan, SMK butuh dirubah dalam soal pendekatan. Ini bukanlah SMA biasa. Ini ialah tempat membina beberapa calon pekerja industri. Beberapa siswa harus dididik untuk semenjak awal kenal apa serta bagaimana industri manufaktur itu. Yang lebih penting ialah, mereka harus dididik masalah bagaimana seorang pekerja manufaktur harus berlaku.

Kita membutuhkan SMK dengan pendekatan spesial untuk membuat disiplin, motivasi, serta semangat kerja.

No comments:

Post a Comment